Sedang bermalam di hotel Gajah Mada Pontianak namun kebingungan harus bepergian ke mana untuk menghabiskan waktu di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat ini? Apakah kamu senang melakukan wisata sejarah? Jika ya, maka kamu telah sampai di tempat yang tepat. Pasalnya, artikel ini akan membantu kamu menemukan jawaban dari pertanyaanmu.
Kamu pasti pernah mendengar kata “Pontianak” dan “khatulistiwa” disandingkan dalam satu kalimat, kan? Yap, jelas saja, sebab kota ini merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang benar-benar dilalui garis khatulistiwa dengan tepat.
Memang pada kenyataannya Pulau-pulau Batu di Sumatera Utara, Kayoa dan Kepulauan Halmahera, serta Pulau Gebe di Maluku Utara juga dilalui oleh garis ini.
Namun, keempat tempat ini bukanlah merupakan sebuah kota. Maka tidak mengherankan bila Kota Pontianak memiliki Tugu Khatulistiwa.
Tugu Khatulistiwa
Monumen ini merupakan penanda titik nol derajat garis khatulistiwa. Tugu ini sebetulnya mengalami metamorfosa beberapa kali, seiring dengan kemajuan teknologi yang mampu mendeteksi keakuratan titik nol bujur yang menandai garis khatulistiwa yang sesungguhnya.
Sejarah pembangunan Tugu Khatulistiwa dimulai ketika ahli Geografi asal Belanda datang ke Indonesia pada 1928 untuk menentukan titik atau tonggak garis khatulistiwa di kota ini.
Tugu yang terletak sekitar 3 km dari pusat Kota Pontianak ini pertama dibangun di tahun tersebut dengan desain seperti tonggak serta dilengkapi dengan anak panah.
Dua tahun berselang, Tugu Khatulistiwa disempurnakan dengan diberikannya lingkar luar pada anak panah. Pada 1938, tugu ini dibangun kembali dengan penyempurnaan oleh arsitek Indonesia bernama Silaban.
Tugu Khatulistiwa kemudian mengalami perombakan ulang pada tahun 1990. Sebuah kubah untuk melindungi tugu asli dan duplikat tugu seukuran lima kali lebih besar dari tugu ini dibuat kala itu.
Pada akhirnya, Tugu Khatulistiwa tersusun dari 4 buah tonggak kayu belian berdiameter 0,30 meter, dengan dua kayu bagian depan setinggi 3,05 meter dan dua kayu bagian belakang setinggi 4,40 meter.
Di bawah tugu ini pula terdapat gedung yang menghimpun sejarah pembangunan serta data-data geografis tentang tugu ini.
Kehadiran teknologi GPS pada awal 2000an, membuat Tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan koreksi ulang titik nol garis khatulistiwa di Kota Pontianak.
Melalui gabungan metode terestrial dan ekstraterestrial inilah ditemukan bahwa posisi 0 derajat, 0 menit, dan 0 detik garis khatulistiwa ternyata berada 117 meter ke arah Sungai Kapuas dari tugu yang sudah berdiri sejak awal abad ke-20 itu.
Di posisi ini kemudian dibangun patok baru yang terbuat dari pipa PVC dengan belahan garis barat-timur ditandai dengan tali rafia.
Itu dia uraian singkat tentang Tugu Khatulistiwa. Jangan lupa mengunjunginya saat kamu di Pontianak, ya!